Tujuan :
a.
Melakukan standarisasi dengan titrasi
Permanganometri
b.
Menetapkan kadar ion kupri (Fe2+)
dalam garam besi pada sampel dengan titrasi Permanganometri
Prinsip :
Ion ferro dalam sampel dalam suasana asam dan suhu
70°C, dapat mereduksi MnO4- pada KMnO4 menjadi
Mn2+. KMnO4 tersebut juga bertindak sebagai autoindikator.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
MnO4-(aq)
+ 5Fe2+(aq) + 8H+ → Mn2+(aq)
+ 5Fe3+(aq) + 4H2O(l)
Apabila Fe2+ dalam sampel telah habis,
maka kelebihan kalium permanganat akan membuat larutan menjadi berwarna merah
muda. Sehingga pada saat terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda
stabil, titrasi dihentikan, dan volume titran dicatat.
Tinjauan pustaka :
Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan
reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri.
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat,
yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas
reaksi oksidasi ion permanganat . Kalium permanganat telah digunakan sebagai
pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh,
murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat
encer. Permanganat dapat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki
keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 .
Pereaksi kalium permanganat merupakan pereaksi baku
sekunder. Kalium permanganat sukar diperoleh secara murni dan bebas sama
sekali dari mangan oksida. Lagipula, air suling yang digunakan mungkin
mengandung zat-zat pereduksi yang akan bereaksi dengan kalium permanganat dan
membentuk mangan dioksida. Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator
dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih mudah
mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah
dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit,
sulfida, sulfida dan tiosulfat.
Penetapan kadar zat ini dilakukan untuk menentukan
kadar reduktor dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena
asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Pembuatan
larutan KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4 dalam
sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian endapan MnO2
disaring. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan cara
mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya
pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium
oksalat dilarutkan kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian
dititrasi dengan KMnO4 sampai larutan berwarna merah jambu pucat.
Setelah didapat volume titrasi, maka dapat dicari normalitas KMnO4 .
Dalam suasana asam atau [H+] ≥ 0,1 N, ion permanganat
mengalami reduksi menjadi ion mangan (II) sesuai reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O Eo = 1,51 Volt
Dalam suasana netral, ion permanganat mengalami
reduksi menjadi mangan dioksida seperti reaksi berikut :
MnO4- + 4H+ + 3e- → MnO2
+ 2H2O Eo = 1,70 Volt
Dalam suasana basa atau [OH-] ≥ 0,1 N, ion permanganat
akan mengalami reduksi sebagai berikut:
MnO4- + e- → MnO42- Eo = 0,56 Volt
Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena
tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida,
ada kemungkinan terjadi reaksi :
2MnO4- + 10Cl- + 16H+
→ 2Mn2+ + 5Cl2 +
8H2O
dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam
pembentukan klor. Reaksi ini terutama berkemungkinan akan terjadi dengan
garam-garam besi, kecuali jika tindakan-tindakan pencegahan yang khusus
diambil. Dengan asam bebas yang sedikit berlebih, larutan yang sangat encer,
temperatur yang rendah, dan titrasi yang lambat sambil mengocok terus-menerus,
bahaya dari penyebab ini telah dikurangi sampai minimal. Pereaksi kalium
permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan
terlebih dahulu. Pada percobaan ini untuk membakukan kalium permanganat dapat
digunakan natrium oksalat yang merupakan standar primer yang baik untuk
permanganat dalam larutan asam .
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu
aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam yang baik untuk
melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering
ditambahkan untuk membantu proses kelarutan. Sebelum dititrasi dengan
permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini
dapat dilakukan dengan timah (II) klorida. Jika larutannya mengandung asam
klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan
lebih memudahkan. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan
yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat
basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna
hijau. Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena
reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik.
Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat
dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti :
1.
Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg
(I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci,
dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam
oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan
hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2.
Ion-ion Ba dan Pb dapat pula
diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan
dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian
Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan
banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Alat :
·
Timbangan analitik,
·
Erlenmeyer
·
gelas beaker
·
buret, labu ukur
·
Pipet Volume
·
pipet tetes.
Bahan :
·
Larutan H2C204.2H20
·
larutan KMnO4
·
larutan H2S04
1N
·
aquadest.
Prosedur :
A.
Titrasi
Standarisasi
1.
Menimbang
dengan teliti sejumlah massa asam oksalat sesuai perhitungan untuk mendapatkan
larutan asam oksalat 0.1000 N.
2.
Melarutkan dengan teliti asam
oksalat tersebut pada gelas beaker.
3.
Memindahkan
pada labu takar dengan volume yang sesuai dan tambahkan aquades hingga tanda
tera. Kocok hingga homogen.
4.
Menyiapkan
larutan KMnO4
0.1 N. mengisi buret dengan larutan
tersebut.
5.
Memipet
sebanyak 10.0 mL larutan standar asam oksalat, meletakkan pada erlenmeyer. Menambahkan 25 mL H2SO4
1 N.
6.
Memanaskan
larutan dalam erlenmeyer hingga 70 ºC.
7.
Menitrasi
larutan dalam erlenmeyer dalam keadaan panas, dengan larutan KMnO4
hingga terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda stabil. Mencatat volume titrasi dan
menghitung konsentrasi
larutan KMnO4.
B.
Titrasi
Penetapan Kadar
1.
Mengisi
buret dengan larutan standar KMnO4.
2.
Menimbang
dengan teliti 2
gram sampel yang sebelumnya telah dihaluskan. Melarutkan dalam aquades hingga volume 500.0 mL.
3.
Memipet
100.0 mL larutan sampel
dan memindahkan pada
erlenmeyer. Menambahkan
25 mL H2SO4 1N.
4.
Menitrasi larutan sampel
dengan larutan standar KMnO4 hingga terjadi perubahan warna larutan
menjadi merah muda stabil. mencatat
volume titrasi.
C.
Perhitungan
1.
Pembuatan Reagen
a.
500 mL H2SO4.2H2O
0.1 N
ü
m
V
N
BE








ü
Massa hasil penimbangan
3.1840 g
ü
Normalitas sebenarnya
N






b.
2 L KMnO4 0.1
N
ü
m
N
V
BE







2.
Titrasi
Standarisasi
ü
Larutan standar primer(1)
H2C2O4.2H2O
0,1010 N

ü
Larutan standar
sekunder(2)
KMnO4 0,1 N

ü
V1
10,0 mL

ü
V2
10,61 mL

ü
V1
N1
V2
N2



10,0
mL
0,1010 N
10,61 mL
N2



N2
0,0952 N

3.
Titrasi
Penetapan Kadar
ü
Massa sampel
2,0033 g
2003,3 mg


ü
Volume larutan sampel
500 mL

ü
Volume sampel untuk
titrasi
100,00 mL

ü
Volume titran
10,91 mL

ü
Normalitas titran
0,0952 N

ü
Kadar Fe2+
100











Pembahasan :
·
Pembakuan
Setelah
larutan KMnO4 dibuat, selanjutnya larutan tersebut dibakukan dengan
menggunakan H2C2O4.
Penggunaan natrium oksalat ini karena natrium oksalat merupakan bahan pembakuan
yang baik untuk membakukan KMnO4 dan dapat diperoleh dalam keadaan
yang murni. Reaksi ini dapat dilakukan tanpa penambahan indikator, karena KMnO4
yang merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat mampu bertindak sebagai
indikator. Oleh karena itu pada reaksi ini tidak ditambahkan indikator apapun
dan langsung dilakukan titrasi.
Langkah yang pertama dilakukan,
membuat larutan H2C2O4 sebagai larutan standar
primer. Kemudian pipet sebanyak 10.0 mL larutan
standar asam oksalat, letakkan pada erlenmeyer. Tambahkan 25 mL H2SO4
1 N.
Selanjutnya,
larutan tersebut dipanaskan sampai pada suhu 70. Hal ini karena reaksi akan
berjalan lambat dalam suhu ruangan sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai
70° C (suhu tidak boleh kurang dari 60). Namun pada suhu yang lebih tinggi,
reaksi mulai melambat, tetapi kecepatannya meningkat saat ion Mn2+ terbentuk.
Setelah itu,
dititrasi dengan KMnO4 secara perlahan-lahan dan diaduk secara tetap sampai
timbul warna merah muda stabil . Titrasi dihentikan saat titrat yang tak
berwarna berubah menjadi merah muda stabil. Warna ungu tua ion permanganat
menjadikan permanganat sendiri sebagai indikator. pada titrasinya. Satu tetes
berlebih sudah dapat menghasilkan warna yang terang pada titik akhir titrasi.
·
Penetapan Kadar FeSO4
Penetapan
kadar FeSO4 dilakukan dengan melarutkan 2 g FeSO4 dengan
500 mL. Kemudian Pipet 25.0 mL larutan sampel dan
pindahkan pada erlenmeyer. Tambahkan 25 mL H2SO4 1N. Setelah
itu, dititrasi dengan KMnO4 sampai timbul warna merah muda yang tetap.
Adapun
sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak
pada: Larutan standar sekunder KMnO4 pada buret. Apabila percobaan
dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang
terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir
titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah
larutan berwarna merah muda stabil. Penambahan KMnO4 yang terlalu
cepat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung
menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O
↔ 5MnO2 + 4H+
Pemberian KMnO4 yang
terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan
terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai
menjadi air.
Kesimpulan :
v
Didapatkan konsentrasi KMnO4 sebenarnya adalah 0,0952 N
v
Didapatkan Kadar FeSO4
dalam sampel adalah 7,26 

Daftar pustaka :
Basset. J
etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Day, R. A.
dan Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga.
Gandjar, I.G
dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Svehla, G.
1995. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. Jakarta : Kalman Media Pustaka..
Wunas, Y dan
S, Susanti. 2011. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif (revisi kedua). Makassar
: Universitas Hasanuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar