Tujuan
:
a.
Melakukan standarisasi
dengan titrasi Kompleksometri
b.
Menetapkan kadar ion
kalsium (Ca2+) dalam garam kalsium pada sampel dengan titrasi
Kompleksometri
Prinsip :
Ion kalsium (Ca2+) dalam
sampel, dapat terikat pada ligan jenis polidentat (contoh : EDTA) membentuk
senyawa kompleks, dengan perbandingan 1:1. Indikator yang digunakan adalah
indikator metalokromik. Indikator jenis ini mampu berikatan dengan logam
seperti ion kalsium dan membentuk senyawa dengan warna berbeda dari apabila
indikator tersebut tidak berikatan dengan senyawa apapun. Selektivitas
indikator sangat tergantung pada pH. Reaksi pembentukan senyawa kompleks antara
ion kalsium dan EDTA adalah sebagai berikut :
Ca2+(aq) + EDTA4-(aq) → CaEDTA2-(aq)
Apabila
pada sampel berisi logam ditambahkan indikator metalokromik, maka akan
terbentuk senyawa kompleks indikator logam berwarna spesifik (A). Kemudian
sampel mengandung logam dititrasi oleh suatu titran berupa larutan polidentat,
dan logam pada sampel yang semula berikatan dengan indikator menjadi beralih
berikatan dengan larutan ligan polidentat (titran-logam). Apabila logam dalam
sampel telah bereaksi semua dengan titran, maka tidak ada logam yang berikatan
dengan indikator-logam dan larutan menjadi berwarna sama dengan warna indikator
asal (B). Saat terjadi perubahan warna tersebut (A → B), titrasi dihentikan,
dan volume titran dicatat.
Tinjauan pustaka :
·
Reaksi Pembentukan Kompleks
Dalam pelaksaan analisis anorganik kualitatif
banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukkan kompleks. Suatu
ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom ( ion)
pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu.
Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak
mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan
didalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini ditandai oleh
bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan
(monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan suatu atom pusat.
Pada kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6 (seperti dalam kasus Fe2+,
Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+,
Cd2+), kadang-kadang 4 (Cu2+, Cu+, Pt2+),
tetapi bilangan-bilangan 2 (Ag+) dan 8 (beberapa ion dari golongan
platinum) juga terdapat.
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang
tersedia sekitar atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi
, yang masing-masingnya dapat dihuni satu ligan (monodentat). Susunan
logam-logam sekitar ion pusat adalah simetris. Jadi, suatu kompleks dengan satu
atom pusat dengan bilangan koordinasi 6, terdiri dari ion pusat berada dipusat
suatu bujursangkar dan keempat ion menempati keempat sudut bujursangkar ini
adalah juga umum.
Ion-ion dan molekul-molekul anorganik sederhana seperti
NH3, CN-, Cl-, H2O membentuk ligan
monodentat, yaitu satu ion atau molekul menempati salah satu ruang yeng
tersedia sekitar ion pusat dalam bulatan koordinasi, tetapi ligan bidentat
(seperti ion dipiridil), tridentat dan juga tetradentat dikenal orang. Kompleks
yang terdiri dari ligan-ligan polidentat sering disebut sepit (Chelate). Nama
ini berasal dari kata Yunani untuk sepit kepiting, yang menggigit suatu
objekseperti ligan-ligan polidentat itu ‘menangkap’ ion pusatnya. Pembentukan
kompleks sepit dipakai secara ekstensif dalam analisis kimia kuantitatif
(titrasi kompleksometri).
Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukkan
ion-ion kompleks ataupun
pembentukan
molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Contoh dari
kompleks tersebut adalah logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi dengan
merkuro nitrat dan perak sianida juga dikenal sebagai titrasi kompleksometri
(Khopkar, 2002).
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan
pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),
kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titrat dan titran saling
mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Contoh reaksi titrasi kompleksometri:
Ag+ + 2CN- → Ag (CN)2
Hg+ + 2Cl- → HgCl2
Alat :
·
Timbangan analitik
·
Erlenmeyer
·
gelas beker
·
buret
·
labu ukur
·
pipet volume
·
pipet tetes
Bahan :
·
Larutan ZnSO₄
·
aquades
·
indicator EBT
·
buffer ammonia pH 10
·
larutan Na₂EDTA
Prosedur :
A.
Titrasi
Standarisasi
1.
Menimbang
dengan teliti sejumlah massa ZnSO₄, sesuai perhitungan untuk mendapatkan
larutan ZnSO₄,
0,1000 M
2.
Melarutkan
dengan zink sulfat tersebut pada gelas beker
3.
Memindahkan pada labu takar dengan volume yang sesuai dan
menambahkan aquades hingga
tanda tera , kocok hingga homogen
4.
Menyiapkan
larutan Na₂EDTA
0,1 M , mengisi buret dengan larutan
tersebut
5.
Memipet
sebanyak 10.0 mL larutan standar zink sulfat , meletakkan
pada Erlenmeyer . menambahkan
2,5 mL buffer ammonia pH 10 dan sedikit indicator EBT
6.
Menitrasi
larutan dalam Erlenmeyer dengan larutan Na₂EDTA
hingga terjadi perubahan warna larutan . mencatat
volume dan menghitung
konsentrasi larutan Na₂EDTA
B.
Titrasi
Penetapan Kadar
1.
Mengisi
buret dengan larutan standar Na₂EDTA
2.
Menimbang
dengan teliti 2 gram sampel yang
sebelumnya telah dihaluskan . melarutkan
dalam aquades hingga volume 500,0
mL
3.
Memipet
25,0 mL larutan sampel dan pindahkan pada Erlenmeyer . menambahkan 5 mL buffer
ammonia pH 10 , dan sedikit indicator EBT
4.
Menitrasi
larutan dalam Erlenmeyer dengan larutan
Na₂EDTA
hingga terjadi perubahan warna larutan . mencatat
volume titrasi
C.
Perhitungan
:
1.
Pembuatan Reagen
a.
250 mL ZnSO₄.7H₂O
ü
m
M
V
BM








ü
Didapatkan massa ZnSO4.7H2O
sebenarnya 7,1910 gram
ü
Konsentrasi ZnSO4.7H2O
terstandarisasi
M





b.
1000 mL Na₂EDTA
0,1 M
ü
m
M
V
BM








2.
Tritasi Standarisasi
ü
Larutan standar primer(1)
ZnSO4.7H2O
0,1002 M

ü
Larutan standar
sekunder(2)
Na2EDTA 0,1 M

ü
V1
10,00 mL

ü
V2
9,91 mL

ü
V1
M1
V2
M2



10,00
mL
0,1002 M
9,91 mL
N2



M2
0,1011 M

3.
Tritasi Penetapan Kadar
ü
Massa sampel
2,0810 g
2081,0 mg


ü
Volume larutan sampel
500 mL

ü
Volume sampel untuk
titrasi
25,00 mL

ü
Volume titran
10,29 mL

ü
Normalitas titran
0,1011 N

ü
Kadar Ca2+
100












Pembahasan :
Pada
praktikum ini dilakukan percobaan titrasi kompleksometri menggunakan
pengompleks garam etilen diamin tetra asetat (Na2EDTA). Sampel yang
mengandung ion kalsium akan dititrasi dengan larutan Na2EDTA.
Penggunaan Na2EDTA dalam percobaan ini dilakukan karena EDTA sebagai
garam natrium (Na2H2Y) sendiri merupakan larutan standar
primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih lanjut. Kompleks logam dengan
menggunakan titran ini mudah larut dalam air dimana titik ekivalennya segera
tercapai dalam titrasi. Sebelum melakukan titrasi, dilakukan penambahan buffer
natrium hidroksida (NaOH) ke dalam larutan sampel karena warna dari zat
kompleks logam-indikator sangat dipengaruhi oleh pH larutan, oleh karena itu
penting untuk menggunakan larutan buffer untuk dapat menjaga pH yang
dikehendaki selama titrasi. Setelah itu, dilakukan penambahan indikator EBT ke
dalam larutan yang kemudian dilakukan titrasi. Indikator EBT digunakan dalam
percobaan ini karena indikator ini dapat menitrasi secara langsung ion kalsium
(Ca2+) menggunakan indikator EBT ini.
Pada saat penambahan indikator
terjadi reaksi antara ion kalsium (Ca2+) dengan indikator EBT,
seperti reaksi di bawah ini :
CaCO3 + In3- à CaI-
(ungu)
Kompleks logam-indikator yang
terbentuk menghasilkan warna ungu dimana setelah penambahan garam EDTA, ion
logam akan bebas dan berikatan dengan Na2EDTA sehingga indikator
akan berubah warna dari warna indikator yang membentuk kompleks dengan ion
logam ke warna indikator yang bebas dari ion logam. Hal ini disebabkan karena
kompleks logam-indikator lebih lemah daripada kompleks logam-EDTA sehingga EDTA
yang ditambahkan selama titrasi akan mengikat ion logam bebas. Reaksi yang
terjadi antara ion logam, Na2EDTA dan indikator dapat terlihat di
bawah ini :
CaI- + Na2EDTA
à CaEDTA + I3- + 2Na+
(ungu) (biru)
Kesimpulan :
v
Didapatkan
konsentrasi Na2EDTA sebenarnya adalah 0,1011 M
v
Didapatkan kadar Ca2+
dalam sampel adalah sebesar 39,99%
Daftar pustaka :
http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-kimia-analitik kompleksometri.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar